Sabtu, 04 September 2010

PENGARUH BUDAYA ISLAM TERHADAP ADAT ISTIADAT DAN TRADISI PADA MASYARAKAT LAMPUNG PESISIR DI MARGA WAY LIMA DAN CUKUH BALAK

1. Adat Ngarak Maju


Dalam adat perkawinan pada Masyarakat Adat Lampung Pesisir dikenal istilah “Ngarak Maju”. Ngarak menurut istilah adalah Arak-arakan, sedangkan Maju adalah Pengantin. Maka “Ngarak Maju” adalah Adat arak-arakan pengantin Lampung yang dilakukan di tempat pihak pengantin pria, sebagai pertanda bahwa si pria telah resmi menikahi dengan si wanita (pengantin perempuan). Dalam tradisi ngarak tersebut unsur yang terpengaruh Budaya Islam adalah penggunaan alat musik Rabana sebagai alat musik pengiring arak-arakan dan pelantunan Salawat dan Syair Arab yang dikenal dengan istilah Zikir Lama dan Zikir Baru. Demikian juga pada saat pengantin telah tiba di rumah pihak pengantin pria (setelah diarak), maka pihak keluarga si Pria menyambut rombongan Arakan tersebut dengan melantunkan Syair Arab “Lail” (ciptaan Imam Maliki).

2. Adat Manjau Pedom




Adat Manjau Pedom adalah Adat bertamu untuk menginap di rumah pihak wanita oleh pihak keluarga pria yang dilakukan setelah prosesi ijab kabul. Hal yang ditekankan dalam Adat Manjau Pedom ini adalah menjalin hubungan silaturahmi (yang dianjurkan Islam) antara keluarga pihak mempelai, sehingga terjalin hubungan saudara yang kuat dan saling tolong menolong antar kedua keluarga


.

3. Peraturan Bujang Gadis


Dalam peraturan bujang gadis dikenal istilah “Cempala Khua Belas”, dimana hal ini mengatur tentang pergaulan bujang gadis dan barang siapa yang melanggar aturan Adat tersebut maka akan diberi sangsi. Dalam aturan tersebut tersurat akan adanya pengaruh hukum Islam yang mengatur hubungan pria dan wanita yang bukan muhrim, aturan pergaulan hidup bermasyarakat, serta aturan kesopanan dan kesusilaan.

4. Alat Musik dan Kesenian


Pemakaian alat musik dan kesenian yang terpengaruh Budaya Islam adalah Alat musik Rabana, Gitar Tunggal, Gitar Gambus dan Piul (Biola). Alat tersebut digunakan pada saat prosesi adat atau pun pada saat pertunjukan kesenian pada pesta perkawinan. Sehingga kita kenal hingga saat ini kesenian Orkes Gambus Lampung yang telah muncul sejak tahun 1970-an
.

5. Acara Betamat



“Betamat” berasal dari kata tamat (selesai), tetapi menurut makna adalah membaca sebagian ayat-ayat Alquran (Juz Amma) pada malam hari yang biasanya dilakukan pada saat Khitanan dan Perkawinan. Dalam acara Betamat juga dilakukan pengarakan dari tempat guru ngaji anak-anak atau bujang gadis yang akan melakukan betamat.


6. Acara Khatam Al-Quraan


Acara Khataman Al-Quraan biasanya dilakukan oleh beberapa orang (biasanya kaum bapak dan bujang) di rumah kerabat seseorang yang meninggal, yang biasnya dilakukan (dapat diselesaikan) selama 7 hari disamping acara Tahlilan. Pada zaman dulu, Acara Khataman Al-Quraan dilakukan juga pada saat Acara Sebambangan, yang dilakukan di rumah pihak laki-laki setelah wanita yang dibambangkan menginap 1 hari di rumah kepala adat. Acara ini dilakukan kira-kira sampai 3 – 7 hari oleh bujang-gadis, menungggu keluarga pihak wanita menyusul untuk memberi persetujuan kepada calon mempelai.

7. Acara Marhabanan

Acara Marhabanan adalah acara syukuran dengan membaca Kitab Bersanzi yang dilakukan oleh kaum bapak atau bujang dalam memberi nama seorang bayi. Acara ini dilakukan biasanya pada malam hari di rumah keluarga atau kakek si bayi. Disamping memberi nama seorang bayi, dilakukan juga pemberian kenamongan bayi tersebut (Baca: Adat Namong dalam Masyarakat Adat Way Lima).

8. Tradisi Masyarakat yang lain

Dalam masyarakat banyak tradisi yang masih bertahan dilakukan karena masih dianggap baik dan tidak bertentangan dengan agama, antara lain:

1) Ruahan bersedekah dengan mengundang tetangga dekat guna memanjatkan do’a bagi para saudara mu’min dan muslim yang telah meninggal dunia serta untuk muslimi dan mukminin yang masih hidup, terutama mendoakan para arwah keluarga si pengundang, karena itu disebut “ruahan” (berasal dari kata (ruh). Biasanya dalam undangan tersebut dihidangkan sedikit makanan dan minuman.

2) Tabuh Beduk. Beduk sangat besar fungsinya bagi kehidupan masyarakat di kampung. Beduk tidak boleh dibunyikan sembarang waktu, karena akan menimbulkan kericuhan masyarakat bila dibunyikan tidak sesuai dengan kepentingannya.

Macam-macam tabuh beduk itu antara lain:

a. Tabuh beduk untuk menunjukkan waktu shalat, di bunyikan pada tiap waktu shalat (5 waktu).

b. Tabuh beduk pada waktu shalat Jum’at, di bunyikan 2 x, yaitu jam 11 untuk persiapan, dan 11.30 untuk segera berkumpul.

c. Tabuh beduk untuk menunjukkan waktu shalat tarawih, khusus bulan Ramadhan, di bunyikan dengan nada khusus, sekitar jam 7 sampai jam 7.30 malam.

d. Tabuh beduk bulangekh, di bunyikan sehari menjelang bulan Ramadhan.

e. Tabuh beduk menjelang lebaran bulan Romadhon (I’dul Fitri).

“BudayaLampung merupakan perpaduan antara 3 Budaya Dunia yaitu Budaya Cina,

Asal Mula Marga Way Lima


Marga Way Lima adalah Marga Lampung Pesisir yang menempati lima way (sungai) yaitu Way Mincang, Way Kuripan, Way Tuba, Way Awi dan Way Padang Ratu yang kemudian menyatu di sungai induk yaitu Way Sekampung.

Way Mincang mengalir di Kecamatan Pardasuka, Way Kuripan dan Way Tuba mengalir di Kecamatan Kedondong, Way Awi mengalir di Kecamatan Way Lima, dan Way Padang Ratu mengalir di perbatasan Kecamatan Way Lima dengan Kecamatan Gedong Tataan. Jadi Marga Way Lima menempati 4 kecamatan yaitu Pardasuka, Kedondong, Way Lima dan Sebagian Gedong Tataan.

Asal kata “Way Lima” mungkin juga berasal dari kata “Buay Lima”. Kata “Buay” bermakna keturunan dan kata “Lima” bermakna Lima Marga dari Cukuh Balak (Bandakh Lima) yaitu Marga Putih, Marga Badak, Marga Limau, Marga Pertiwi dan Marga Kelumbaian. Hal ini didasarkan bahwa di Marga Way Lima dikenal juga istilah Seputih, Sebadak, Selimau, Sepertiwi, Sekelumbaian sebagai asal marga mereka.

Jika hal ini benar, bahwa kata Way Lima berasal dari kata “Buay Lima” yang berarti keturunan lima marga di Cukuh Balak, maka keturunan Marga Limau di Talang Padang dapat juga di masukan pada Marga Way Lima karena juga masih keturunan salah satu marga dari Cukuh Balak. Tapi istilah “Way Lima” tidak dikenal di Talang Padang karena mereka masuk dalam Marga Gunung Alip.

b. Sebab Perpindahan dari Cukuh Balak

Perpindahan sebagian penduduk dari Lima Marga di Cukuh Balak ke daerah pedalaman membentuk kesatuan adat Marga Way Lima. Adapun sebab-sebab perpindahan tersebut yaitu :

1. Tanah yang sempit untuk lahan pertanian karena dikelilingi daerah yang berbukit-bukit, sehingga sebagian besar penduduknya melakukan perpindahan ke daerah yang lebih baik untuk kelangsungan hidup anak keturunannya. Seperti perpindahan sebagian besar penduduk Marga Badak sekitar tahun 1700-an ke daerah Way Awi (Kota Dalom, Gedung Dalom, Tanjung Agung, Tanjung Khaja, dan Pekon Doh) kecamatan Way Lima.

2. Terjadi letusan Gunung Krakatau tahun 1883 yang menyebabkan tsunami dan abu tebal yang menyelimuti daerah permukiman dan pertanian. Sehingga banyak penduduk yang pindah kepedalaman membuka pemukiman baru. Marga Putih ke daerah Kedondong, Marga Limau ke daerah Talang Padang, serta Marga Badak - Marga Pertiwi - Marga Kelumbayan menyebar keberbagai daerah seperti Pardasuka, Kedondong, Way Lima, Punduh Pidada, Padang Cermin dan lain-lain.

3. Adanya pembangunan jalan penghubung dari Teluk Betung ke Kota Agung yang melewati daerah Kemiling - Gedong Tataan – Way Lima – Kedondong – Pardasuka – Pringsewu – Talang Padang – Gisting (Lintas Barat) pada jaman kolonial Belanda Tahun 1900-an membuat sebagian penduduk dari daerah Cukuh Balak pindah ke daerah-daerah yang dilalui jalan tersebut. Perpindahan ini masih berlangsung sampai jaman kemerdekaan Indonesia.

Sai Bumi Khua JUkhai

Jak ujung Danau Khanau
Teliu di Way Kanan
Sampai pantai lawok jaoh
Pesisikh khik Pepadun
Jadi sai delom lambang
Lampung sai kaya-khaya

Kik kham haga bukhasan
Hujau ni pemandangan
Kupi lada di pematang
Api lagi cangkeh ni
Telambun bekhuntaian
Tanda ni kemakmukhan

Lampung sai...
Sai bumi khuwa jukhai 2x

Cangget bakha bulaku
Sembah jama saibatin
Sina gawi adat sikam
Manjau khik sebambangan
Takhi khagot khik melinting
Cikhi ni ulun Lampung

Lampung sai...
Sai bumi khuwa jukhai 2x

Lagu: Sai Bumi KHuwa Jukhai
Cipt. Syaiful Anwakh

Jumat, 03 September 2010

Sejarah suku lampung Cikoneng

Embrio Cikoneng ditandai dengan ikrar saling membantu menjaga kedaulatan dan syiar Islam antara Pangeran Saba Kingking dari Kesultanan Banten dengan Ratu Darah Purih dari keratuan Lampung pada abad ke-16. Ikrar itu tertulis dalam sejarah Babat Kuripan dengan Dalung Kuripan (Prasasti Kuripan) yang ditulis dalam bahasa Jawa Banten.
Realisasi Dalung Kuripan berlanjut pada penaklukan kerajaan Padjajaran, Kedaung, Kandang Wesi, Kuningan dan terakhir daerah Parung Kujang oleh prajurit dari Keratuan Lampung. Penaklukan daerah Parung Kujang (sekarang Kabupaten Sukabumi) terjadi pada abad ke-17, satu abad sesudah peristiwa Dalung
Kuripan, menjadi janin keberadaan Cikoneng.

Pada waktu penaklukan Parung Kujang, Keratuan Lampung tidak diketahui sedang dipimpin oleh siapa. Sebab kerajaan Lampung waktu itu ada dua, Kuripan (Kalianda) dan Tulang bawang (Menggala). Tetapi saat itu Kesultanan Banten diketahui sedang berada dalam pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Keratuan Lampung mengirimkan empat orang prajurit kakak beradik, yaitu Menak Gede, Menak Iladiraja, Menak Sengaji dan Menak Parung.

Setelah keempat utusan datang ke Kesultanan Banten dan melapor, Sultan Agung nampak kecewa karena jumlahnya hanya empat, padahal biasanya 40 prajurit. Akan tetapi keraguan Sultan Agung dapat ditepis, setelah keempat prajurit itu dengan taktik tipu muslihatnya mengalahkan pasukan Parung Kujang. Kisah penaklukan itu sampai kini terkenal dengan cerita rakyat Cikoneng, Taktik Manusia Kerdil dan Baju Dendeng. Karena kesuksesan keempat prajurit Keratuan Lampung ini, Sultan Agung akhirnya mengangkat Menak Gede sebagai adipati di Kerajaan Banten. Namun setelah satu tahun menjabat, Menak Gede Meninggal dunia. Jabatan Adipati pun diserahkan kepada adiknya, Minak Iladiraja. Ia pun mengalami nasib yang sama, wafat setahun kemudian. Sayang, makam kedua kakak beradik itu tidak pernah diketahui sampai saat ini.
Sepeninggalan Menak Iladiraja, Menak Sengaji dipanggil Sultan untuk menggantikan Menak Iladiraja. Akan tetapi Menak Sengaji tidak langsung menerima jabatan itu. Ia meminta syarat mau diangkat menjadi adipati di luar daerah kekuasaan kakaknya. Menak Sengaji ingin daerah Banten bagian barat, daerah yang langsung berhadapan dengan daerah leluhurnya. Ia juga meminta dibolehkan membawa saudara-saudaranya dari Lampung. Syarat itu diluluskan Sultan Agung. Malahan Sultan Agung memberi Menak Sengaji hak kepemilikan atas selat sunda termasuk Pulau Sangiang dan tanah sepanjang pesisir Selat Sunda, mulai dari Tanjung Purut (Merak) sampai ke Ujung Kulon.

Dari Tanjung Purut ke pedalaman hingga ke Gunung Panenjuan (Mancak) dan terus membentang ke arah barat mencapai Gunung Haseupuan berakhir di Ujung Kulon. Setelah persetujuan itu, berangkatlah Menak Sengaji membawa 40 kepala keluarga yang terdiri dari sembilan buai, di antaranya Buai Aji, Arong, Rujung, Kuning, Bulan, Pandan, Manik dan Besindi. Pertama kali datang, kemungkinan terbawa arus timur, rombongan Menak Sengaji terdampar di teluk perak. Akhirnya rombongan beristirahat tidak jauh dari teluk, tempat itu kemudian diberi nama Kubang Lampung, artinya tempat mendarat kumpulan warga Lampung di Banten. Setelah mengalami tiga kali perpindahan tempat rombongan Menak Sengaji sepakat menempati kawasan pantai Anyer yang dulu bernama Alas Priuk dan pelabuhannya dinamai Pelabuhan Priuk. Kemudian mereka mendirikan pemukiman lampung yang diberi nama Kampung Bojong. Berputarnya roda waktu jumlah 40 KK itu beranak pinak, Kampung Bojong dimekarkan menjadi empat kampung yaitu Kampung Bojong, Kampung Cikoneng, Kampung Tegal dan terakhir Kampung Salatuhur.

ketika rombongan ini sedang membuat kampung Salatuhur, Sultan Ageng tiba-tiba datang berkunjung. Kampung Salatuhur belum memiliki nama waktu itu. Dengan segera Menak Sengaji lalu meminta Sultan untuk memberi nama. Karena waktu sudah masuk waktu salat Zuhur, diberilah nama Kampung salat Zuhur dan karena perkembangan bahasa, kini ejaannya berganti menjadi Kampung Salatuhur

Masih di Kampung Salatuhur, Sultan Ageng mengajak untuk salat Zuhur berjamaah. Tapi sial, kampung belum memiliki sumur untuk mengambil air wudu. Kemudian Sultan berdiri dan berjalan ke suatu tempat lalu menancapkan tongkatnya. Setelah dicabut bekas tancapan itu mengeluarkan air (versi lain mengatakan Sultan menunjuk suatu tempat dengan tongkatnya untuk digali menjadi sumur). Tapi yang jelas, mata air itu masih utuh hingga kini dan terkenal dengan nama Sumur Agung, berdiameter kira-kira dua meter.

Yang disayangkan semua cerita asal muasal perkampungan Cikoneng, hanya didapat dari para orang tua mereka yang mewariskan dari mulut ke mulut

Kamis, 02 September 2010

Istana Tertua di Dunia Diubah Turki Jadi Museum Terbuka

Satu istana berusia 5.000 tahun ditemukan di Turki Timur, istana tertua di dunia, akan menjadi museum udara terbuka pada Juni mendatang, kantor berita semi-pemerintah, Anatolia, melaporkan, Kamis. Istana yang ditemukan di bawah tanah di Aslantepe Tumulus, satu permukiman kuno di desa Orduzu, Provinsi Malatya, itu dibangun pada 3.300 Sebelum Masehi, dan pemugaran istana itu akan rampung pada tahun kini, kata Marcella Frangipane, dosen arkeologi Italia di Universitas La Spienza dan ketua tim penggalian di Aslantepe, kata Anatolia.

Selasa, 31 Agustus 2010

Video Banci Tapi Rembong Saingi Sinta Jojo

Video amatir berjudul "Banci Tapi Rendong" yang beredar melalui ponsel akhir-akhir ini, menghebohkan warga Gorontalo.
Video ini, diplesetkan dari klip lagu "Benci Tapi Rindu" dan diketahui dibuat pemerannya Faisal Rex.

Senin, 30 Agustus 2010

Video Mesum Luna Maya Versi Bethelen

Setelah heboh video mesum vokalis Peterpan dan Luna Maya, kini para orangtua di Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, kembali resah atas beredarnya video mesum berjudul Luna Bethelen di kalangan remaja.

Para orangtua di Amurang khawatir anak-anak mereka yang baru beranjak dewasa terpengaruh rekaman yang terlihat sengaja dibuat oleh pelaku prianya. "Sebagai orangtua saya khawatir sebab yang namanya video seperti itu cepat sekali merebaknya dari sesama handphone yang memiliki fasilitas canggih. Takutnya anak saya diperlihatkan temanya, perilakunya nanti jadi buruk," ujar Esther (55), seorang ibu rumah tangga, Minggu (29/8/2010).

Minggu, 29 Agustus 2010

Manjau Pedom (Acara Menginap) Lampung Pesisir

a. Pengertian Manjau Pedom

“Manjau Pedom” menurut bahasa berarti “Bertamu Sambil Menginap”. Tapi jika kita tahu hanya dari bahasanya saja, maka istilah manjau pedom ini bagi orang yang belum mengerti adat istiadat Lampung Pesisir itu merupakan suatu yang tidak perlu dilakukan dan membuang-buang waktu saja. Adat Majau Pedom hanya terdapat pada masyarakat adat Lampung Pesisir (Saibatin), sedangkan adat Pepadun tidak memakai adat ini.

“Manjau Pedom” menurut maknanya adalah adat istiadat perkawinan dalam masyarakat Lampung Pesisir yang mengatur tentang bertamunya pihak besan yang mengambil istri/suami ke rumah besan yang anaknya diambil, pada waktu setelah aqad nikah dan menginap 1 malam.

"Macam-Macam Perkawinan Semanda Lampung Pesisir"

a. Pengertian Semanda

“Semanda” menurut bahasa berarti “orang yang mengikuti”. Sedangkan menurut makna “Semanda” adalah seorang suami yang ikut dan tinggal di rumah pihak istri (matrilokal), sehingga suami menjadi bagian kelompok si istri begitujuga dengan adat istiadat, warisan dan keturunannya.

Jadi suami yang diambil istri dinamakan “Semanda”, sedangkan istri yang mengambil suami untuk di-semanda dinamakan “Ngakuk Khagah”. Hal ini diambil berdasarkan kesepakatan suami dan istri saat akan melakukan pernikahan, dikarenakan beberapa sebab misalnya si istri merupakan anak si mata wayang keluarganya (anak perempuan satu-satunya) atau alasan lainnya.

Jumat, 27 Agustus 2010

Ada Pintu Neraka di Usbekistan

Pintu neraka sering dilukiskan dengan suasana api menyala yang sangat mengerikan panasnya. Kondisi seperti itulah yang terdapat di sebuah lubang api menganga di daratan Usbekistan, Asia Tengah. Maka lubang api itu pun disebut sebagai "pintu neraka".

Lubang api itu berukuran sekitar dua kali lapangan bola dengan kedalaman lebih dari 30 meter. Semula ukurannya tidak sebesar itu sejak pertama kali tahun 1975 "pintu neraka" itu dijumpai manusia.

Waspada! Penghipnotis Incar Orang Latah

Hati-hati bila diantara anda cenderung latah! Karena seorang yang latah berpotensi jadi target pelaku kejahatan dengan hipnotis.


Pola pikir orang yang menderita latah itu lompat-lompat. Ini bisa dimanfaatkan pelaku kejahatan dengan hipnotis.

-- Mardigu Wowiek Prasantyo



"Pola pikir orang yang menderita latah itu lompat-lompat. Ini bisa dimanfaatkan pelaku kejahatan dengan hipnotis," kata Mardigu Wowiek Prasantyo, seorang praktisi hipnoterapi, ketika dihubungi Kompas.com di Jakarta, Jumat ( 27/08/2010 ) .

Pelaku kejahatan dengan hipnotis punya cara untuk mengetes korbannya latah atau tidak. Misalnya, kata Mardigu, pelaku menjatuhkan uang koin tepat di depan korban.

"Kalau reaksinya latah ya berpotensi sebagai korban hipnotis," kata Mardigu. Namun, bila ternyata tidak, pelaku akan berpura-pura tindakannya akibat ketidaksengajaan semata.

Bila anda latah dan hendak mudik, lebih baik pergi bersama orang lain seperti keluarga atau teman. Dengan banyaknya orang di sekeliling anda, pelaku hipnotis akan berpikir dua kali untuk menjalankan aksinya.

Bertepatan dengan jelang lebaran, Mardigu mengimbau para calon pemudik agar tidak membawa barang terlalu banyak.

Menurut Mardigu, "Bawa yang penting-penting saja. Kalau membawa terlalu banyak, nanti akan kebingungan, konsentrasi pun terpecah." Kalau sudah pecah konsentrasi, si penjahat hipnotis pun siap beraksi.

Iiiihh ngerii ada Restoran Kanibal di Jerman

Sebuah website mengiklankan restoran baru di Jerman dengan menyerukan orang untuk menyumbangkan bagian tubuh buat menu restoran itu. Iklan tersebut, kontan saja memicu kemarahan.

Kampanye online oleh Flime (flime-restaurante.com) di Berlin itu telah meminta para pengunjung restoran untuk "menyumbangkan bagian apa pun dari tubuh mereka" serta mencari seorang ahli bedah yang "berpikiran terbuka". Namun, para politisi telah mengutuk restoran tersebut karena, menurut harian Der Spiegel, telah melakukan sebuah akrobat PR yang tak berperasaan.

Haruskah Puasa Bercinta?

Bulan Ramadhan tidak hanya identik dengan menahan lapar dan haus, tapi juga menahan keinginan bercinta di waktu subuh hingga menjelang maghrib. Wajar saja kalau frekuensi seks jadi menurun hingga 50 persen, seperti dibuktikan oleh penelitian dari Klinik Pasutri Jakarta pada 2006.

Gadis Albino Dipenggal untuk Sihir

Seorang gadis berusia 11 tahun dari Swaziland ditembak mati di depan teman-temannya dan kemudian dipenggal, polisi menduga hal tersebut dilakukan karena ritual

Auto Draft

Auto Draft

Rebutan Cowok, Seorang Perempuan Berkelahi Sambil Telanjang

Dua perempuan tiba-tiba membuat kehebohan di depan sebuah kafe di Darwin, Australia. Keduanya berkelahi, salah satunya adu jotos dalam kondisi telanjang.
Tentu saja insiden baku pukul itu menjadi tontonan seru bagi puluhan orang yang sedang bersantap sarapan

Kamis, 26 Agustus 2010

Jika Aku WNI, Aku Pun Akan Marah

Dalam sebuah blog di situs Star Online, muncul tulisan dari seorang beridentitas malaysiamanaboleh.

Pemerintah menyadari mereka memperlakukan buruk orang Indonesia. Mengapa memelintir cerita dan menganggap kita tak tahu apa-apa?
Saya menyarankan warga Malaysia memosisikan diri sebagai orang Indonesia agar bisa memahami perasaan 235 juta jiwa orang Indonesia.

Cemburu, Istri Kepala SMA Aniaya Siswi

Akibat terbakar api cemburu, istri Kepala SMA Negeri 1 Rambang Dangku, Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, tega menganiaya siswi di sekolah tersebut.

Yanti, istri Kepala SMAN 1 Rambang Dangku itu, bahkan—maaf—memeras payudara siswi yang bernama Linda. Akibat penganiayaan itu, korban mengalami trauma dan takut pergi ke sekolah

New York Diserbu Kepinding

New York menghadapi makin banyak tamu malam tak diundang dibandingkan kota lain dan telah dinyatakan sebagai kota paling parah yang diserbu kepinding di Amerika Serkat.

Kota itu mengalahkan Philadelphia, Detroit, Cincinnati, dan Chicago, yang mengisi posisi lima teratas, demikian catatan perusahaan pembasmi serangga Terminix,

Majikan Arab Tancapkan 24 Paku ke PRT

Pasangan suami-istri Arab Saudi menyiksa pembantu rumah tangga (PRT) mereka asal Sri Lanka hanya gara-gara si pembantu mengeluhkan beban kerja yang terlalu berat.

Pasangan itu menyiksa pembantu tersebut dengan menancapkan 24 paku di tangan, kaki, dan dahi wanita itu.

Getah Pisang Sembuhkan Luka

Sekelompok mahasiswa Jurusan Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, membuktikan bahwa getah pisang bisa mempercepat proses penyembuhan luka

Fenomena "Bulan Kembar" di Pertengahan Ramadhan Kamis, 26 Agustus 2010 | 21:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Langit malam pertengahan bulan, 15 Ramadan 1431 H yang jatuh pada hari Kamis (26/8/2010) ini dihiasi fenomena astronomi yang unik. Dari sekitar Jakarta, cuaca sangat cerah, sehingga bulan purnama kelihatan begitu terang. Apalagi ditemani kerlap-kerlip bintang dan planet.

Ada yang berbeda malam ini. Selain munculnya bulan purnama seperti setiap tengah bulan hijriah lainnya, langit malam beberapa minggu ini juga dihiasi planet-planet yang tergolong sangat terang seperti Jupiter dan Venus. Kedua planet yang tergolong paling terang di antara planet dan bintang di langit muncul bergantian menemani terangnya bulan purnama.

Fenomena tersebut sampai dijuluki "bulan kembar" meski bulan purnama tentu jauh lebih terang dari pllanet-planet itu. Andai kebetulan langit cerah dan tak tertutup awan tebal, tak lama setelah Matahari terbenam di ufuk barat, langit malam ganti dihiasi terangnya bulan purnama di timur. Sementara di barat, Venus menampakkan cahayanya yang saking terangnya sampai dijuluki sang bintang Kejora.

Venus tak muncul lama karena hanya sekitar 90 menit sebelum tenggelam. Tapi, tak lama kemudian dari ufuk barat terbit Planet Jupiter sekitar pukul 20.45 saat jaraknya hanya sekitar 6 derajat di bawah bulan purnama.

Jarak rata-rata Jupiter dan Bulan hanya 10 derajat, sehingga tampak kira-kira hanya setengah kepalan tangan saja. Keduanya akan bergerak selaras ke arah barat dan bisa dilihat sepanjang malam sampai waktu sahur sekitar pukul 03.00 Jumat (27/8/2010).

Malam ini Jupiter yang merupakan planet terbesar di tata surya memang terlihat lebih terang. Sebab, saat ini kebetulan planet tersebut sedang di posisi perihelium, jarak terdekat dengan Matahari, sehingga terlihat lebih besar dari Bumi.

Dibanding saat aphlium atau jarak terjauh dengan Matahari, ukurannya terlihat 11 persen lebih besar dan tingkat keterangannya sampai 1,5 kali lipat dilihat dari Bumi.

Tentu fenomena tersebut hanya kebetulan terjadi di bulan Ramadan kali ini. Namun, keunikan tersebut tentu pantas diamati meski sekadar menyaksikan sekilas saja untuk mengingatkan akan kebesaran Sang Pencipta. Apalagi, kalau Anda punya teleskop, peristiwa ini tentu haram dilewatkan. (Space.com)

Sadari Peluru di Kepala 5 Tahun Kemudian

KOMPAS.com —Seorang pria Polandia yang menetap di Jerman menjalankan aktivitas sehari-harinya seperti biasa selama 5 tahun tanpa menyadari sebutir peluru telah bersarang di kepalanya. Pria ini dilaporkan tidak menyadari kepalanya telah tertembak pada perayaan Tahun Baru yang diperkirakan pada 2004 atau 2005 karena ia dalam kondisi mabuk alkohol saat peristiwa itu berlangsung.



Menurut keterangan polisi di kota Bochum, Selasa (24/8/2010), dokter menemukan sebutir peluru kaliber 22 di kepala belakang pria berusia 35 tahun ini. Saat ditunjukkan proyektil 5,6 mm yang sempat bersarang di kepalanya, ia mengaku hanya sempat mengingat adanya pukulan keras yang mengenai kepalanya saat ia terbuai oleh pengaruh alkohol dalam sebuah perayaan Tahun Baru.

Pria ini memutuskan ke rumah sakit pada pekan lalu setelah merasakan sakit tidak kunjung reda pada benjolan di kepala belakangnya yang kemudian diketahui tidak lain adalah proyektil. Saat timah panas ini pertama kali bersarang di kepalanya, pria yang saat itu dalam kondisi mabuk berat ini tidak menyadari luka akibat tertembus peluru karena luka itu kemudian mengering dengan sendirinya.

Polisi tidak memperlakukan kasus ini sebagai kasus yang mencurigakan dengan anggapan bahwa peluru itu berasal dari seorang yang menembakkan salvo ke udara untuk merayakan acara pergantian tahun.

"Bisa jadi peluru itu ditembakkan ke udara, tetapi kemudian turun kembali dan bersarang di kepalanya," ujar seorang juru bicara kepolisian.

Warga Herne yang telah menetap di Jerman selama beberapa tahun ini rencananya diperkenankan keluar rumah sakit pekan ini setelah proyektil peluru itu dikeluarkan dari kepalanya pada Jumat pekan lalu.

<!--/ halaman berikutnya-->

Senin, 23 Agustus 2010

Hujan Darah dan Hujan Katak Sudah Ada di Alquran?

Meskipun judul di atas terkesan heboh, tapi saya bukan termasuk orang yang suka mengaplikasikan (tathbîq) apa yang telah terjadi ke dalam Alquran. Seolah-olah mencari kebenaran dan pembenaran dari luar untuk dimasukkan ke dalam Alquran. Padahal tanpa kejadian itu semua, Alquran tetaplah Alquran yang kemuliaan dan kebenarannya tidak berkurang.

Meski sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, fenomena hujan berwarna merah kembali ramai dibicarakan. Di India, para penduduk lokal daerah Kerala menemukan baju-baju yang dijemur berubah warna menjadi merah seperti darah. Mereka melaporkan adanya bunyi ledakan dan cahaya terang yang mendahului turunnya hujan yang dipercaya sebagai ledakan meteor.

Contoh air hujan tersebut segera dibawa untuk diteliti oleh ilmuwan independen, Godfrey Louis dan Santosh Kumara dari Universitas Mahatma Gandhi. Pertama kali mereka mengira bahwa partikel merah di dalam air adalah partikel pasir yang terbawa dari gurun Arab. Di Universitas Sheffield, Inggris, seorang ahli mikrobiologis bernama Milton Wainwright mengkonfirmasi bahwa unsur merah tersebut adalah sel hidup. Hal ini dinyatakan karena Wainwright berhasil menemukan adanya DNA dari unsur sel tersebut walaupun ia belum berhasil mengekstraknya.

Sedangkan hujan hewan terjadi pada Juni 2009 di Jepang. Hewan ini memiliki panjang dengan diameter 5 cm berbentuk seperti ikan dan kodok, sejauh ini tidak ada yang dapat menjelaskan kenapa hal ini bisa terjadi. Beberapa orang menyebutkan ini merupakan fenomena langka yang pernah terjadi yang diakibatkan perubahan cuaca yang tidak menentu di negara sakura ini. Bagian meteorologi Jepang juga tidak dapat menjelaskan apa penyebab terjadinya hal tersebut. (Sumber: Athepostrad)



Beberapa orang yang seperti menuhankan ilmu pengetahuan menyebutnya sebagai fenomena alam. Saya tidak menolak adanya proses alam, karena hal itu sesuatu yang natural dan sudah menjadi ketetapan-Nya. Istilah agama menyebutnya sunatullah. Tapi terkadang, kita melupakan sumber segala sebab musabab dan sumber segala sesuatu, yakni Tuhan semesta alam. Apa yang hendak ditampakkan adalah Kekuasaan-Nya yang maha dan tunggal. Agar kita, manusia, tidak lagi sombong dengan menuhankan segala ilmu pengetahuan alam dan melupakan adanya Pencipta alam.

Alquran dan Injil mengisahkan tentang kesombongan Firaun dan kaumnya. Jika diberi kebaikan dan kemakmuran dari Tuhan, mereka berkata, “Inilah usaha kami.” Manusia zaman sekarang juga ada yang seperti ini, ketika sukses mereka berkata, “Ya, karena usaha saya, saya ini berhasil.” Jika ditimpa kesusahan, kaum Firaun melemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan pengikutnya. (QS. 7: 131)

Seolah menantang dan keras kepala, pengikut Firaun berkata, “Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu.” (QS. 7: 132). Firaun dan pengikutnya yang masih ada hingga sekarang ini meledek bahwa bukti kekuasaan Tuhan yang disampaikan melalui Musa (Moses) dan Harun (Aaron) as. itu sebagai sihir. “Maka Kami kirimkan kepada mereka topan (thûfân), belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.” (QS. 7: 133)

Jadi, apa yang terjadi di zaman sekarang bukanlah sesuatu fenomena baru dan menganehkan. Zaman dahulu, sebagai bukti bagi orang yang ingkar kepada Tuhan, Allah sudah tampakkan kuasa-Nya. Hanya orang-orang yang sadar dan berpikir yang dapat mengambil pelajaran. Wallahualam.

A REZA'S BLOG

Sabtu, 21 Agustus 2010

SMS Gratis ke semua Oprator diFacebook

SMS Gratis via Facebook Mudah
Facebook adalah situs web jejaring yang cukup menyita perhatian selama ini. Sejak diluncurkan 4 februari hingga sekarang sudah mencapai 60 juta pemakai situs ini. Sempat menjadi puncak, ga tau sekarang, di Amerika Serikat sebagai situs paling sering dikunjungi dan tempat paling banyak foto dalam satu situs, mampu mengungguli flickr.

Namun dari semua itu dapat juga kita menggunakan Facebook sebagai tempat untuk sms gratis. Mohon dicoba terlebih dahulu, jika berhasil jangan lupa kasih comment ya...

1. Log in dulu ke akun FB kamuw, kalo ga punya..."Hari gini ga punya FB?"



2. Next step, seperti di atas juragan 'http://www.dodotext.com untuk menuju ke ui.sg .

3. Nah, kamu juga akan langsung didirect ke 'www.dodotext.com'

4. Selanjutnya klik link Facebook pada Add Our Facebook Application


5. Klo udah, Allow untuk mengizinkan aplikasi



6. Kemudian add aplikasi ke profil.



7. Sama juga seperti di atas, kamu setting negara tujuan SMS, Nomor HP tujuan, dan ketik SMS kamu seperti biasa (max 100 karakter), lalu Send SMS.



8. Selesai...
9. Coba dulu ya

Sumber : http://www.forumkami.com/forum/fb/12546-sms-gratis-via-facebook-mudah.html

Senin, 16 Agustus 2010

Wawancan Perjuangan

KHiwayat Tanoh Lampung, pekhang lawan Belanda
Kukhuk jak Telukbetung, di tahun ampat siwa
Masa sina tihitung, bulan Januakhi nama

KHani Sabtu sai ulung, tanggal satu sai nyata
Tanggal sina tipegung, tisikhokkon di dada
Selingkung Tanoh Lampung, gegoh haga binasa

Penduduk jadi bingung, semapu di kehaga
Ya siap tekhus lijung, segok mit delom khimba
Apal bantal tiusung, bias mak dapok lupa

Gimbak selukhuh Lampung, khakyat ngembila nyawa
Tandak jak Telukbetung, lapah pugapa-gapa
Pegawai kukhuk kampung, lijung nutuk tentekha

Di Panjang tum-ta-le-tum, timbakanni Belanda
Lamban lamon sai tutung, tisuwah tibinasa
Pelitik delom hitung, nyin dang disi Belanda

KHakyat pindah mit kampung, ngembatok sai kuasa
Kancah khayoh tiusung, alat hukhik di khimba
Kokhban lamon tihitung, sai mati khik binasa

Ditawan khik digantung, dipukul khik digada
Pemuda sai dikukhung, tekhus kukhuk penjakha
Kidang ya mawat ukhung, khakyat ngelawan juga

Sinalah gakha-gakha, Belanda mungkikh janji
Kesalahanni nyata, melanggakh Linggakhjati
Naskah KHenville binasa, batal sama sekali

Hakhta lamon binasa, khakyat lamon sai mati
Segok mit delom khimba, diunut debi pagi
Dihalu kham digada, ditali pakai huwi

Matti luwak Belanda, mak ngedok kasihanni
Mak dapok tungga jelma, culukni mak buhinti
KHasan keliwat sakha, susah jakhang bandingni

Lapah pucakhda-cakhda, khisok nihan kukhang mi
Jak huma mit di huma, lapah ngunut khejeki
Ki tungga jelma suka, mengan kham khadu kakhi

Kipak mak suwa iwa, ki muka suka hati
Unyin kham mendekhita, kenyin guai pengaji
Kekikha bulan lima, mupakat delegasi

KHum-KHoyen tian khuwa, sina awal mulani
Pekhsetujuan sai nyata, pekhang haga buhinti
Pekhletakan senjata, pangkal aman negekhi

Ya mak beni jak sina, mupakat tipubiti
Sidang ngeliling mija, K.M.B. gelakhni
Di negekhi Belanda, kumpul do delegasi

Bung Hatta kham bicakha, nyepok sai betik hani
KHam amankon dunia, nyin dang selisih lagi
Putusan awal mula, KHepublik kham kembali

Kembali mit di Jogja, sina ibu negekhi
Tanggalni kham mak lupa, jatuh di enom Juni
Pekhletakan senjata, syakhat penting sekali

Menukhutkon sai nyata, pekhang yaddo buhinti
Pemekhintah di Jogja, mulai bekekhja lagi
Sipil jama tentekha, khituk dawah debingi

Ngatokh segala kekhja, pegawaini dicakhi
Kabinet sidang juga, KNIP-ni mak buhinti
Mulai jak bulan siwa, pekhang khadu mak lagi

KHam tinggal nunggu masa, tahap penyelesaianni
Selukhuh Indonesia, enom belas negekhi
KHIS bentuk negakha, ikatan saunyinni

Sina mak jadi ngeba, asal satu maksudni
KHam satu cita-cita, mekhdika khik abadi
Kedaulatan sai nyata, mak ngedok syakhat lagi

Lepas kham jak Belanda, ngatokh dikhi sendikhi
Selukhuh Indonesia, tinggal megung kemudi
Haga lapah mit dipa, kham jadi jekhaganni

Tinggal kham bekhusaha, dang buhinti buhinti
Kenyin negakha jaya, makmukh sepanjang hakhi
Sai nanti ngekhasa ya, kham saunyin-unyinni

Sampai munih bekhita, di tanggal dua tujuh
Desembekh khadu nyata, ticatat sungguh-sungguh
Penyekhahan Belanda, kedaulatan sai penuh

Tanggal khik khani sina, cakakni Handak-Suluh
Mekhah-Putih bendikha, bekibakh yaddo kukuh
Mulai jak waktu sina, mekhdika kham kak penuh

Jak tahun ampat siwa, hati kham dang ki ginjuh
Belanda mak kuasa, jak tahun lima puluh
Sampailah cita-cita, dengan tekad sai teguh

Cawani bapak kita, dang kuti hati khusuh
Bekhsatu khik sekata, musyawakhat di tiuh
Sina pangkal bahagia, lamun tipegung kukuh

Ya mak mudah sekali, menuju cita-cita
Mak tantu bingi khani, bulan tahun khik masa
Sina mula kubiti, nyin kham buinda-inda

Pi’il bangsa kham hinji, haga ki senang ganta
Mula susah sekali, ngendidik bangsa kita
Titawai mak ngekheti, insafni jaoh nana

KHIS khadu bekhdikhi, hasil kham jama-jama
Dang kuti tinggi hati, kak nepuk-tepuk dada
Banguk kham ati-ati, mudah tunai ki cawa

Seia khik sehati, seasas cita-cita
Sina mula kubiti, sebab wat munih jelma
Cawa mak ati-ati, mak ngedok tata basa

Negakha kham ji hani, hasil sikam bekhjuang
Lain hak ulih kuti, pekhtaymu mawat menang
Injuk delom hanipi, ya cawa sambil lalang

Pikikh kuti puwakhi, sebab sapa kham menang
Hasil jak delegasi, ulih K.M.B. sidang
Sedongkon tiyan sudi, mak cawa sikam menang

Sebab ukhusan negekhi, lain hak ulih lalang
Nyak hakhap jama kuti, ati-ati bubilang
Dang ngembalakkon dikhi, ulih kham lagi senang

Ana do KHIS bekhdikhi, dang kuti anggop gampang
Kemakmukhan negekhi, sina hasil bekhjuang
Pikha jumlah kokhbanni, mawat sai dacok bilang

Pasal soal kokhupsi, sina negakha halang
Dang kuti lunik hati, cawa jo nyata tekhang
Bekekhja jaman sinji, lain mudah khik gampang

Dang kukhang ati-ati, delom KHIS kham bekhjuang
Nontong di kanan kikhi, jaohkon sai dilakhang
Pi’il sai ngeba khugi, payu ganta kham buang

Jaohkonlah kokhupsi, mencatut di jawatan
Pemimpin kham mak ngeni, kantu bang kham tulahan
Kantu kham kukhuk buwi, bakhang jadi khampasan

Salamku jama kuti, betik-betik bekhjuang
Nawaitu delom hati, sina jadi pedoman
Hukhik kham ji mak beni, kham musti pindah jengan

Pegawai musti tabah, ngekhjakon administkhasi
Disan sungi sai mudah, ngelakukon kokhupsi
Sanajin ya disumpah, kidang pagun mak bukti

Lah lawi matti payah, ki mak insaf di dikhi
Mawat khabai di tulah, asal nyak mansa hani
Mula nyak buginalah, kapan kham haga jadi

Semuga Insya Allah, sampai maksudni dikhi
Bekhjuang dang gelisah, tetop iman di hati
Kantu kekhja kham salah, negakha jadi khugi

Tantu pemimpin makhah, takhu goh niku hani
Jelma ji lagi nayah, mak guna niku lagi
Pekhbuatanmu na salah, ngekhugikon negekhi

Ana ya kupabalah, kenyin kham ati-ati
Delom KHIS bekhjuanglah, dengan giat sekali
Nyin bangsa kham senanglah, di kemudian hakhi

Kisah haga kubalin, lain munih bekhita
Ki mansa kabakh angin, pikikh pai benokh sina
Titilik penyin-penyin, nyin dang salah galipa

Negakha bekhdisipelin, ngehokhmati sai tuha
Sai sanak kham tipimpin, sosial khadu nyata
Negakha khadu balin, dijajah kham mak haga

Nasihatni pemimpin, ngaji pai Panca Sila
Tipaham khajin-khajin, Undang Dasakh Negakha
Tipelajakhi unyin, tujuanni mekhdika

Tikaji unyin-unyin, pekabakhan bekhita
Cuba pikikh pekhwatin, selama kham mekhdika
Makkung belajakh unyin, sina mula binasa

Ulih ya kukhang penyin, cutik-cutik mekhdika
Tipasalah pemimpin, tihina khik tiwada
Padahal Pak Pemimpin, lamon sai mendekhita

Kidang mak khena unyin, wat bilangni sai khuwa
Nyepok pemimpin tulin, susah jakhang titungga
Lamon ngaku pemimpin, kidang sekadakh cawa

Ana ya kupakicik, sejakh guai kakikha
Pahikni pil tikanik, nyin dang badan binasa
Guai pedoman hukhik, ngisi jaman mekhdika

Masani ampai cutik, lima tahun sai nyata
Ki sanak lagi lunik, ki cawa lagi uba
Tanoman lagi khenik, ampai ngembulung khuwa

Kapan haga tikanik, ki kham mak bekhusaha
KHam jaga betik-betik, kenyin negakha jaya
Mekhdika tekhang bangik, liak pai lain bangsa

Ganta nyak balin kisah, di tentang pekhsatuan
Dang kuti pecah belah, jejama kham buiman
Pikikhkon kuti kidah, di saat pekhjuangan

Dinana kham na susah, bangkang unyinni lamban
Mak ngedok tanda khagah, unyinni kekhabaian
Ya timbul alam wuwah, kham tapok selagaan

Mulani kupabalah, ngeliak kenyataan
Semakhga pecah belah, mak niongkon alasan
Unyinni ngaku gagah, seucak di tukhunan

KHam unyin lagi salah, di tentangni hejongan
Kuhakhap pai bekhubah, kham khadu balin jaman
Wa’tashimu bi hablillah, tigunakon pai Qukh’an

Dang kuti pecah belah, kantu bang kham tulahan
Ngayun kham bekhsatulah, kenyin wat kekuatan
Pemimpin khik pasikhah, khakyat kham kilu aman

Ki nyadang gila mudah, payah kham ki ngedandan
Agama tipabalah, dang mak ingok di Tuhan
Halal hakham tipisah, dang nutuk daya sitan

Dunia khadu gunjah, gudani mak ketahan
Ki iman kham mak tabah, kukhuk dayani sitan
Antak ija pai kisah, wawancan pekhjuangan

KHiwayat kham tamatlah, puput di antak hinji
Segala kupabalah, jak awal mit akhikhni
Benokhkon ki ya salah, adik bapak puwakhi.

Sabtu, 26 Juni 2010

kuburan bayi oborsi ditemukan di lokasi pelacuran

Puluhan bayi yang kelahirannya tak diinginkan pada zaman Romawi diduga dibunuh dan dikubur di sebuah lokasi pelacuran era Romawi di Buckinghamshire, Inggris.

Sebuah studi panjang mengenai pemakaman massal di sebuah villa Romawi di lembah Sungai Thames menunjukkan bahwa sebanyak 97 anak tewas dalam masa 40 pekan usia kehamilan atau meninggal sesaat setelah lahir.

Pakar arkelog yakin penduduk setempat di masa itu membunuh dan mengubur bayi-bayi tidak diinginkan itu di Hambleden, Buckinghamshire.

Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan hal yang biasa terjadi di tempat pelacuran Romawi karena alat kontrasepsi belum umum dan orang-orang pada zaman itu masih menganggap pembunuhan bayi merupakan tindakan wajar.

Bayi belum dianggap sebagai manusia bila belum mencapai usia dua tahun. Sebelum berumur dua tahun, mereka tidak bisa dikubur di pemakaman layak. Konsekuensinya, mereka harus dikuburkan di tempat-tempat domestik pada zaman Romawi.

"Penjelasan satu-satunya yang mungkin, tempat terbaik untuk dijadikan kuburan adalah lokasi pelacuran," kata Dr Jill Eyers dari Chiltern Archaeology kepada BBC. Para ahli mengatakan bawa jumlah anak yang tewas di villa bernama Yewden itu sangat besar.

"Tidak ada lokasi lain yang menjadi tempat penguburan 97 bayi seperti ini," kata Dr Simon Mays, ahli biologi di Centre for Archaeology English Heritage yang mempelajari penemuan tersebut.

Bayi-bayi malang tersebut berukuran kurang lebih sama, menunjukkan bahwa memang terjadi pembunuhan, bukan karena penyebab alami yang bisa menyerang bayi pada usia berbeda. Hambleden, dekat dengan Sungai Thames, digali 100 tahun lalu dan merupakan peninggalan penting vila Romawi.

Arkeolog Alfred Heneage Cocks melaporkan penemuan ini pada 1921. Laporan tersebut, bersama dengan foto, ratusan artefak, puisi, dan tulang baru-baru ini ditemukan ulang di Buckinghamshire County Museum. Catatan tersebut menunjukkan lokasi tepat tubuh-tubuh bayi yang tersembunyi di bawah dinding atau dikubur di halaman dengan posisi saling berdekatan.

Tulang belulang mereka kini sedang diperiksa oleh English Heritage. Tim penguji berencana untuk melakukan tes DNA pada tulang untuk mengetahui jenis kelamin dan adanya kemungkinan hubungan kekerabatan satu sama lain.

Warga tanjung priok mengaku rasul

DI Facebook, seorang anak muda nekad menyebut dirinya rasul Tuhan. Siapa membacanya mungkin berpikir dia gila. Tetapi bagi Sakti Alexander Sihite, warga Tanjung Priok itu, nubuatnya sebagai rasul kian kuat, justru karena dia ditolak. Bukankah para nabi awalnya kerap dihujat?

Dia menembus jalur maya, dan ribuan orang menjenguk profilnya di Facebook. Di sana, tak ada pujian kecuali caci maki. Pada mulanya dia muncul di sebuah blog, dengan header hijau cerah tertulis: “Sakti A Sihite, Manusia biasa yang dijadikan Tuhan sebagai utusan-Nya”. Ada alamat email, dan nomor telepon genggam. Dia begitu percaya diri.

Mengaku besar dalam tradisi Islam, sang ‘rasul’ menolak tradisi khitan. Dia menegaskan dirinya rasul, bukan nabi. Itu sebabnya dia yakin tak melawan keyakinan Islam bahwa Muhammad adalah nabi terakhir, atau khataman nabiyyin. Selain Qur’an, dia membaca semua kitab suci. Dia menolak sumber lain, termasuk hadith, yang menurutnya “banyak dipalsukan”.

Kritiknya atas tradisi agama seperti sebuah gumam. Tampak Sihite kecewa pada angkara umat beragama. Dia, misalnya, menyebut Allah dengan “Tuhan”, karena tak ingin sengketa soal kata itu hanya memantik perseteruan berdarah antar umat.

Barangkali dia berangkat dengan kekecewaan. Seperti ditulisnya, dia membenci umat yang terbelah karena mazhab, atau perbedaan pikiran. Baginya, Tuhan itu satu, dan dia ingin Zat Maha Kuasa itu menjadi milik semua.

Atau dia juga gusar karena agama, yang harusnya membawa kebahagiaan, justru memberi banyak soal bagi manusia. Di Malaysia, misalnya, segepok kitab Injil ditolak masuk ke negeri itu karena memakai kata “Allah’. Kata itu, ujar penguasa setempat, sudah lebih dulu milik kaum Muslim. Di Bosnia, umat Muslim diburu dengan kebuasan tak terbayangkan. Tak kurang, di negeri ini kita mengingat kisah sedih Ahmadiyah. Para jamaahnya harus meninggalkan masjid tempat mereka bersujud kepada Tuhan.

Perang atas nama agama meletus sejak berabad-abad silam, tapi amis darahnya terus merambat sampai zaman ini. Semuanya yakin Tuhan “Yang Maha Pengasih” berada di pihak mereka. Tapi Sihite toh bukan ‘rasul’ dengan mukjizat. Dia tak punya apa-apa. Dia tak bisa apa-apa meredam angkara berabad-abad itu. Dia cuma bisa memberi tanda seru: sebaiknya kaum beragama kembali inti ajaran Tuhan, pada kitab masing-masing.

Dia juga tak mengguncang, misalkan, seperti ramalan kiamat pada 2012 itu. Anda yang telah menyaksikan dahsyatnya kehancuran, seperti tergambar pada kehebohan film 2012 di sejumlah bioskop itu, mungkin akan kehilangan nafsu mengejar apa pun di dunia.

Kiamat? Ini kelebihan Sihite. Dia tak risau tentang akhir zaman, yang bagi sebagian orang adalah mimpi buruk. “Waktu persis kiamat adalah rahasia Tuhan,” ujar sang ‘rasul’ melalui telepon genggam. Keyakinan akhir zaman segera tiba, juga membakar perang berlarut-larut antara Yahudi, Kristen dan Islam. Semua ingin segera tuntas sebelum bumi digulung, dan langit runtuh, seperti disitir Lawrence E Joseph dalam buku Apocalypse 2012.

Tapi, Sihite serius. Anak muda bermuka tirus dan keras itu, memilih berhenti bekerja demi ‘berdakwah’ di blognya. Dia sarjana hukum, dan sempat menjadi staf bagian legal di satu perusahaan penerbangan. “Saya berhenti, dan kini saatnya saya menyampaikan ajaran Tuhan”, ujarnya.

‘Kerasulan’nya datang, seperti diakui Sihite, dari mimpi. Dia mengalami hal mistis sejak dua tahun silam. Puncaknya, pada 1 Ramadan dua tahun lalu, Sihite melihat ruh Tuhan. Dia, seperti diakui Sihite, berupa cahaya atau energi hijau, dan datang “memenuhi rongga dada saya,” tulisnya di blog, dengan tajuk “Pertanyaan Seputar Kerasulan”. Sang ‘rasul’ menulisnya dalam bentuk FAQ (frequenly asked questions).

Induksi energi itu, kata Sihite, seperti membakar jantungnya. Lalu, ada suara, sayup tapi terang dan berulang-ulang, “engkau adalah rasulullah, engkau adalah rasulullah…”. Tiga pekan kemudian, Sihite menyatakan dirinya sebagai rasul.

Sihite tak berapi-api, dan mungkin juga harus lebih senyap kelak. Majelis Ulama Indonesia akan menyelidiki kegiatannya, seperti diungkap Ketua MUI Ma’ruf Amin: “Jika meresahkan, Sihite bisa diseret ke pengadilan”.

Kita tak tahu bagaimana akhir kisahnya. Tak penting, apakah si ‘rasul’ benar atau salah, karena kepercayaan kepada nabi adalah bagian dari iman.

Sebuah gumaman semestinya tak harus diredam dengan kekuatan. Sihite tak punya jemaah, atau tempat ibadah. Dia juga tak mengajak orang pindah agama. “Saya ingin orang beragama dengan benar. Jadilah Muslim yang benar, atau Nasrani yang benar,” ujarnya.

Tapi, “yang-benar” itu tak gampang didiskusikan, di satu wilayah dimana pembicaraan tentang agama masih penuh sangkaan. Sihite mungkin akan dihujat lebih dalam, jika dia dinilai meresahkan. Polisi telah menyatakan akan memburu pemuda penyewa kamar di Jalan Swasembada Timur, Tanjung Priok itu. Mengaku menjadi nabi, kata polisi setempat, bisa dijerat Pasal 156 KUHP, dengan tuduhan penistaan agama.

Sesuatu “yang-benar”, sepertinya harus selalu menentramkan. Sihite tak berapi-api. Dia memang tak percaya kiamat tiba tiga tahun lagi. Tapi mungkin dia harus menghadapi satu ‘kiamat’ lain: mereka yang murka atas ucapan si ‘rasul’.

Jumat, 18 Juni 2010

Wanita Tersubur di Dunia, Lahirkan 69 Anak



Dua tahun lalu, dunia dibuat tercengang saat seorang wanita asal Rumania melahirkan anak ke-18 secara normal. Itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan kisah Feodor Vassilyev, seorang wanita yang sukses melahirkan 69 anak dari rahimnya.

Seperti dikutip dari laman Telegraph, nama Vassilyev tercatat di 'The Guinness Book of World Records' sebagai wanita paling subur di dunia. Ia adalah isteri seorang petani asal Rusia yang hidup di tahun 1707–1782.

Vassilyev menjalani 27 proses persalinan secara normal untuk melahirkan 69 anak. Ia menjalani 16 kali proses kelahiran kembar dua, tujuh kali persalinan dengan anak kembar tiga, dan empat kali melahirkan anak kembar empat.

Pada 1983, museum rekor dunia juga sempat mengumumkan nama Leontina Espinoza sebagai wanita tersubur di dunia di masa itu. Wanita asal Chili itu diberitakan memiliki 58 anak dari rahimnya. Namun, belakangan kabar itu palsu.

Investigasi yang dilakukan kepolisian usai kematian Espinoza mengungkap bahwa wanita itu kenyataannya hanya memiliki 16 anak dari rahimnya. Ia membuat informasi palsu demi mendapatkan santunan dari pemerintah Chili. Atas kasus Espinoza, banyak kalangan yang kemudian menyangsikan kebenaran kisah Vassilyev.

Terlepas dari kebenaran kisah Vassilyev, masih ada Livia Ionce. Di usianya yang ke-44 pada pertengahan 2008 silam, ia melahirkan anak ke-18. Kelahiran bayi itu membuatnya memiliki total 10 anak gadis dan delapan anak laki-laki. Anaknya tidak ada yang kembar, yang berarti Ionce telah menjalani 18 kali persalinan dalam kondisi prima.

TEMA: “KEMILAU SAI BUMI RUWA JURAI”



WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Rangkaian Acara Festival Krakatau XX Tahun 2010 dimulai tanggal 9 Juni s.d. 25 Juli 2010.
Puncak Acara Festival Krakatau XX Tahun 2010 dilaksanakan tanggal 24 s.d 25 Juli 2010 bertempat di Bandar Lampung (Karnaval Budaya) dan Lampung Selatan (Tour Krakatau).

RANGKAIAN KEGIATAN
a. FESTIVAL SUPPORTING PROGRAM :

* Festival Band, 9 – 10 Juni (Pasar Seni, Lapangan Korpri).
* Lomba Tari Kreasi Daerah Lampung, 25 – 26 Juni (Teater Tertutup Taman Budaya Lampung dan Auditorium RRI Bandar Lampung).
* Pemilihan Muli Mekhanai Lampung, 26 Juni – 3 Juli (Auditorium Museum Lampung, Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Grand Final : Hotel Novotel).
* Lomba Lagu Pop Daerah dan Cipta Lagu Pop Daerah Lampung, 1 – 3 Juli (Auditorium RRI Bandar Lampung).
* Krakatau Motor Bike Week, 24 Juli (Bandar Lampung dan Daya Tarik-Daya Tarik Wisata di Provinsi Lampung).


b. FESTIVAL CORE PROGRAM :

* Karnaval Budaya (Puncak Acara FK XX 2010), 24 Juli Pukul 14.30 WIB (Rute arak-arakan : Jl.Ir. H. Juanda – Jl. Jend. Sudirman (daerah persiapan dan START) – Jl. Majapahit – Lapangan Parkir GOR Saburai (Panggung Kehormatan) – Jl. Sriwijaya – FINISH di Jl. Tulang Bawang – masuk ke Lapangan Parkir GOR Saburai Enggal Bandar Lampung).
* Krakatau Night, 24 Juli Pukul 19.30 WIB (Citra Garden Bandar Lampung).
* Pergelaran Pentas Seni Musik dan Tari Kreatif, 24 Juli Pukul 19.30 WIB (Lapangan Parkir GOR Saburai/Panggung Festival Krakatau, Bandar Lampung).
* Tour Krakatau, 25 Juli Pemberangkatan Pukul 10.00 WIB (Pelabuhan Bakauheni – Kepulauan Krakatau).


PANITIA PELAKSANA FESTIVAL KRAKATAU XX TAHUN 2010
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung

Kamis, 27 Mei 2010

Adat Perkawinan Sebambangan

a. Pengertian Sebambangan

“Sebambangan” sering kali disalah artikan dengan nama “Kawin Lari”. Sehingga citra adat lampung ini menjadi jelek dimata masyarakat diluar suku lampung
yang tidak mengerti makna sesungguhnya dari arti Sebambangan.

Sebambangan adalah adat lampung yang mengatur pelarian gadis oleh bujang ke rumah kepala adat untuk meminta persetujuan dari orang tua si gadis, melalui musyawarah adat antara kepala adat dengan kedua orang tua bujang dan gadis, sehingga diambil kesepakatan dan persetujuan antara kedua orang tua tersebut.

Sedangkan “Kawin Lari” dapat diartikan sebagai pelarian gadis oleh bujang dan langsung terjadi perkawinan tanpa musyawarah adat dan persetujuan orang tua si gadis, yang hal ini bertentangan dengan Syariat Islam. Jelas jika hal ini terjadi, jangankan agama, adat istiadat saja melarang hal tersebut.

Jika Sebambangan diatur oleh hukum adat dan perangkat adat, tidak bertentangan dengan Syariat Islam, dan bahkan memberikan keadilan kepada bujang gadis untuk memilih jodohnya karena akibat paksaan orang tua, sehingga dimusyawarahkan sampai diambil keputusan dan persetujuan kedua orang tua bujang gadis. Sedangkan “Kawin Lari” tidak diatur oleh hukum dan perangkat adat, serta tanpa persetujuan kedua orang tua baik bujang atau gadis sehingga bertentangan dengan Syariat Islam.

b. Peraturan Ngebambang

Hal-hal yang diatur dalam Ngebambang adalah sebagai berikut :

1. Gadis dilarikan oleh bujang (meskipun dalam satu kampung atau dekat rumahnya) ke rumah Kepala Adat si bujang. Dalam melarikan itu si bujang biasanya dibantu oleh beberapa orang dari keluarga si bujang dengan secara rahasia, sedang perempuan jika jaraknya jauh (keluar kampung) biasanya membawa kawan gadis yang dinamakan “Penakau”.

2. Ketika gadis itu akan pergi, harus meninggalkan uang yang diberi oleh si bujang tersebut sebanyak yang diminta oleh si gadis yang dinamakan ”Pangluahan” (pengeluaran), dan meninggalkan surat sebagai isyarat bahwa si gadis telah pergi “Nyakak” (dilarikan oleh si bujang).

3. Sesampainya gadis di rumah Kepala Adat kelompok bujang, pihak keluarga bujang melakuakn pemberitahuan, sambil membawa uang sebesar beberapa rupiah kepada Kepala Adat pihak perempuan yang dinamakan “Uang Penekhangan”.

4. Jika gadis sudah berada di rumah Kepala Adat kelompok bujang, maka gadis tesebut diberi perlindungan dan tidak boleh diganggu gugat oleh keluarga si gadis atau untuk diambil kembali. Jika terjadi pengambilan kembali sebenarnya telah melanggar adat. Lama gadis itu berdiam di rumah Kepala Adat si bujang, biasanya menurut hitungan hari ganjil, yaitu 1, 3, 5, atau 7 hari (malam).

5. Biasanya keluarga si gadis menurut adat akan mencari anak gadisnya (meskipun sudah tahu) ke tempat di mana bunyi surat anaknya menunjukkan ia dilarikan bujang, ini dinamakan ”Nyussui Luut” (mencari jejak). Hal itu dilakukan dalam jangka paling lama 7 malam (jika tempat si gadis dan si bujang berjauhan).

6. Jika dalam tempo 7 malam keluarga si gadis tidak mencari anaknya (nyussul luut), maka keluarga bujanglah yang datang ke rumah si gadis menerangkan kesalahan-kesalahan karena melarikan anaknya. Biasanya keluarga si gadis akan menuntut denda atas pelarian anaknya (sebenarnya permintaan denda tersebut sebagai istilah atau basa basi saja, karena denda tersebut akhirnya akan kembali juga kepada kedua mempelai, baik digunakan untuk hajatan manjau pedom (pesta pernerimaan tamu dari pihak si bujang lepas perkawinan) maupun digunakan untuk pembeli alat-alat rumah tangga sebagai banatok (perabot rumah tangga yang dibawa oleh pengantin wanita / Maju).

7. Jika perundingan antara kedua keluarga pihak bujang dan si gadis telah cukup maka ditentukanlah waktu perkawainan (aqad pernikahan).

Adat Sebambangan sepertinya dikenal juga di luar suku Lampung, seperti yang terdapat dalam adat salah satu suku di kepulauan Nusatenggara (mungkin Lombok, Sumba atau Flores). Hanya namanya saja yang mungkin berbeda, tetapi hukum dan hal-hal yang diatur dalam adat “Ngebambang” hampir sama.


Oleh : JAMA’UDDIN / http://iwatbatin.blogspot.com/

Asal usul Marga Waylima

a. Mengenal Marga Way Lima

Marga Way Lima adalah Marga Lampung Pesisir yang menempati lima way (sungai) yaitu Way Mincang, Way Kuripan, Way Tuba, Way Awi dan Way Padang Ratu yang kemudian menyatu di sungai induk yaitu Way Sekampung.

Way Mincang mengalir di Kecamatan Pardasuka, Way Kuripan dan Way Tuba mengalir di Kecamatan Kedondong, Way Awi mengalir di Kecamatan Way Lima, dan Way Padang Ratu mengalir di perbatasan Kecamatan Way Lima dengan Kecamatan Gedong Tataan. Jadi Marga Way Lima menempati 4 kecamatan yaitu Pardasuka, Kedondong, Way Lima dan Sebagian Gedong Tataan.

Asal kata “Way Lima” mungkin juga berasal dari kata “Buay Lima”. Kata “Buay” bermakna keturunan dan kata “Lima” bermakna Lima Marga dari Cukuh Balak (Bandakh Lima) yaitu Marga Putih, Marga Badak, Marga Limau, Marga Pertiwi dan Marga Kelumbaian. Hal ini didasarkan bahwa di Marga Way Lima dikenal juga istilah Seputih, Sebadak, Selimau, Sepertiwi, Sekelumbaian sebagai asal marga mereka.

Jika hal ini benar, bahwa kata Way Lima berasal dari kata “Buay Lima” yang berarti keturunan lima marga di Cukuh Balak, maka keturunan Marga Limau di Talang Padang dapat juga di masukan pada Marga Way Lima karena juga masih keturunan salah satu marga dari Cukuh Balak. Tapi istilah “Way Lima” tidak dikenal di Talang Padang karena mereka masuk dalam Marga Gunung Alip.

b. Sebab Perpindahan dari Cukuh Balak

Perpindahan sebagian penduduk dari Lima Marga di Cukuh Balak ke daerah pedalaman membentuk kesatuan adat Marga Way Lima. Adapun sebab-sebab perpindahan tersebut yaitu :

1. Tanah yang sempit untuk lahan pertanian karena dikelilingi daerah yang berbukit-bukit, sehingga sebagian besar penduduknya melakukan perpindahan ke daerah yang lebih baik untuk kelangsungan hidup anak keturunannya. Seperti perpindahan sebagian besar penduduk Marga Badak sekitar tahun 1700-an ke daerah Way Awi (Kota Dalom, Gedung Dalom, Tanjung Agung, Tanjung Khaja, dan Pekon Doh) kecamatan Way Lima.

2. Terjadi letusan Gunung Krakatau tahun 1883 yang menyebabkan tsunami dan abu tebal yang menyelimuti daerah permukiman dan pertanian. Sehingga banyak penduduk yang pindah kepedalaman membuka pemukiman baru. Marga Putih ke daerah Kedondong, Marga Limau ke daerah Talang Padang, serta Marga Badak - Marga Pertiwi - Marga Kelumbayan menyebar keberbagai daerah seperti Pardasuka, Kedondong, Way Lima, Punduh Pidada, Padang Cermin dan lain-lain.

3. Adanya pembangunan jalan penghubung dari Teluk Betung ke Kota Agung yang melewati daerah Kemiling - Gedong Tataan – Way Lima – Kedondong – Pardasuka – Pringsewu – Talang Padang – Gisting (Lintas Barat) pada jaman kolonial Belanda Tahun 1900-an membuat sebagian penduduk dari daerah Cukuh Balak pindah ke daerah-daerah yang dilalui jalan tersebut. Perpindahan ini masih berlangsung sampai jaman kemerdekaan Indonesia.


“… Tikham antakha jawoh, busanding gunung pitu,
ya mula ne nyak lesoh, ngandan tikham selalu …”


Oleh : JAMA’UDDIN http://iwatbatin.blogspot.com

Peranan muli mekhanai lampung (bujang gadis lampung)

A. Peranan Bujang-Gadis

Bujang-gadis atau muli-makhanai (muli = gadis, makhani = bujang) merupakan kelompok individu yang amat penting bagi kehidupan masyarakat di kalangan hukum adat, karena bujang gadis sebagai remaja yang amat peka dan mudah emosi jika sedikit saja hak mereka tidak dipenuhi.

Kadang-kadang karena suatu kepentingan yang kecil-kecil saja mereka secara sepontan mengadakan tindakan sebagai reaksi dan koreksi praktis terhadap pelanggaran hak mereka.

Meski demikian bujang-gadis dalam banyak hal amat berperan (mempunyai kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada mereka) terutama dalam pesta. Banyak pekerjaan yang sesungguhnya berat dan perlu biaya untuk menyelesaikannya, tapi dengan dikerjakan secara gembira dan santai oleh bujang-gadis, pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan baik.

B. Kewajiban-kewajiban Bujang Gadis

Kewajiban-kewajiban ini biasanya berlaku ketika diadakan suatu hajatan (pesta) perkawinan, manjau pedom, nyunat, dll.

Kewajiban-kewajiban bujang-gadis tersebut antara lain yaitu:

1. Kahibos, mencari pucuk aren yang akan digunakan oleh yang berhajat untuk lepot (lepat). Kewajiban ini khusus bagi bujang (makhanai).

2. Nyakhak, memisahkan antara lidi dengan helai daun kaung atau hibos (pucuk aren yang masih berwarna kuning gading) dan membelah lidi tersebut. Ini dikerjakan oleh bujang-gadis berhadapan sambil santai. Bujang-gadis biasanya memakai pakaian yang indah, bagus dan menarik. Para gadis memakai kebaya, dihiasi dengan kacing-kancing emas dolar, berjejer dari atas dada sampai ke perut, dan dengan selendang warna warni yang menarik dan menyenangkan. Para bujang memakai kemeja, celana yang dilengkapi dengan salimpat (sarung yang digulung sampai menutupi celana di atas lutut), dan memakai kopiah.

3. Biasanya tamu dari luar kampung mendapat kehormatan untuk dipersilakan masuk terlebih dahulu. Ketika ini amat menyenangkan bujang-gadis dan banyak yang mencari kesempatan untuk medapatkan jodo, dengan umpamanya: saling berbalas pantun, surat-menyurat, sindir-menyindir, dan ada yang malah mengikat janji.

4. Nyaccak, (menumbuk beras dengan alu di dalam lesung agar menjadi lebih putih dan lebih bersih). Ini dikerjakan oleh bujang-gadis dengan santai, sambil juga berbalas pantun, tegur menegur dengan menyindir, memuji dan sebagainya. Bagi yang mencari jodo ketika ini adalah suatu kesempatan yang sangat baik untuk saling berkenalan dan kalau setuju dapat mempereratnya di lain kesempatan. Bagi gadis-gadis maupun bujang-bujang layaknya pesta, juga memakai pakaian yang baik dan menarik. Karena pekerjaan ini dilakukan secara santai dan di ajang (kalasa) bujang-gadis, maka pekerjaan yang berat-berat menjadi tanggung jawab bujang-gadis dari kelompok yang berehajatan, sedang yang ringan-ringan oleh bujang-gadis (muli-makhanai) tamu.

5. Nutu gekhpung, ialah menumbuk beras atau ketan menjadi tepung, biasanya digunakan untuk membikin kue atau bubur (kekuk).

6. Kabulung, mencari daun untuk pembungkus. Pekerjaan ini dilakukan oleh bujang-gadis ke kebun atau ke bukit dengan santai dan sambil bersenda. Tentu saja Kepala Muli-Makhanai bertanggung-jawab atas kelancaran acara ini, sehingga tidak terjadi hal-hal yang melanggar kesopanan dan adat istiadat.

7. Tandang, mencari sayur mayur diladang atau kebun. Biasanya acara ini sekaligus dilakukan bersamaan dengan acara kabulung.
8. Buasakh-asakhan, ialah membersihkan alat-alat atau perkakas-perkakas bekas pesta, seperti tikar, alat-alat dapur dsb. Pekerjaan ini dilakukan juga dengan santai dan dengan senda gurau. Meski santai, pekerjaan yang sesungguhnya memerlukan tenaga dan biaya ini dapat diselesaikan dengan baik oleh bujang-gadis.

C. Hak-hak Bujang-Gadis

Disamping kewajiban-kewajiban tersebut bujang-gadis mempunyai hak-hak, antara lain yaitu :

1. Manjau muli, dalam pesta-pesta nukhunko maju (pada pertama kali penganten gadis turun dari rumah Kepala Adat ke rumah si penganten laki-laki), bujang dapat kesempatan ke ruang (lantai bagian dapur) untuk melihat-lihat dari jauh para gadis yang sedang mengadakan pengajian barzanji, assala, dan beradu pantun. Meski dari jarak beberapa meter, para bujang merasa bahagia dan terhibur mengintai dan memandang gadis-gadis manis yang memakai pakaian serba bagus di ruang tengah.

2. Nganik kekuk, sebagai imbalan bagi mereka yang telah mengerjakan nutu gakhpung (numbuk tepung), maka bujang-bujang datang sambil melihat gadis dari ruangan dapur, serta di beri hidangan kekuk (bubur yang terbuat dari tepung ketan).

3. Makan terutama tamu-tamu dari luar kampung berhak diberi makan selesai mengerjakan pekerjaan, nyakhak, kahibos, nutu gakhpung, nyaccak, dll.

4. Berhak memperoleh caluk (tangan dan kaki kerbau sebanyak hitungan kerbau yang disembelih pada pesta itu) umpama kerbau 3 = 3x4 = 12 caluk, dan berhak pula mendapat “Pangan” (makan di penghujung pesta dengan hidangan yang lengkap).

5. Sekuwakhian, adalah suatu istilah yang dipakai oleh adat Lampung untuk menamakan suatu pertemuan bujang dengan gadis, biasanya beberapa bujang, duduk bersimpuh (bersila) berhadap-berhadapan di rumah si gadis. Sekuwakhian juga bisa dilakukan pada suatu kesempatan dalam acara pesta adat.

6. Bagi bujang-bujang dari luar kampung untuk sekawakhian ini harus melalui Kepala Bujang, kemudian kepala bujang itu meminta izin kepada orang tua si gadis.

7. Bagi bujan-bujang di dalam kampung untuk manjau/ bertamu/sekawakhian dengan si gadis di dalam kampung sendiri, tidak melalui kepala bujang, melainkan boleh minta sendiri dari balik pintu dapur.

8. Permintaan bujang yang ditolak oleh ayah si gadis untuk sekuwakhian lebih dari 3x berturut-turut, tanpa suatu alasan yang tepat, diberikan sanksi denda oleh Kepala Adat, yaitu ayah bujang tersebut diwajibkan membayar denda sesuai dengan peraturan yang berlaku.

9. Akibat perkembangan dan pengaruh dari luar atau sebab malu terhadap orang tua si gadis jika terlalu sering bertamu di rumah si gadis maka timbullah suatu istiadat nyambang (berbicara dari balik kamar atau bilik) si gadis dengan jalan amat rahasia, agar jangan sampai diketahui oleh keluarga atau orang tua si gadis. Dalam pada itu ada sebagian bujang yang iseng, pura-pura bertindak sebagai orang tua si gadis ngalalakun (menyorot dengan lampu baterai yang terang) ke arah si bujang, bahkan kadang-kadang sambil melempar dengan batu. Tak karuan si bujang terpontang-panting lari meninggalkan tempat itu.

sumber :http://iwatbatin.blogspot.com

Selasa, 18 Mei 2010

Nambah Lagu

Yopi Adam





































































Cadang Hati - Elly YDownloadBakas PusambangDownload
Dang- Elly YDownloadCumil hadaDownload
Du’a Diniku – Yopi ADownloadHokhek DilomHukumanDownload
Hanyuk Dilom LamunanDownloadJanji NgalaDownload
Katan PuandanDownloadSikhi-YaniDownload
Limbung- Yopi ADownloadSuakha HatiDownload
Mak Mungkin-Yopi ADownloadSukhat Jak KhantauDownload
Muli Jilbab-Yopi ADownloadTanda MataDownload
RadikalDownload
Setawit Khasa-Yopi ADownload
Angin LiyuDownload

A.Roni & Edi Pulampas





































































Abang Sayang-LismaDownloadBimbang-Edi PDownload
Ajoman Hati-A RoniDownloadKhindu-AmeliaDownload
Api Kabakh-Edy PDownloadMak Mungkin-Edi PDownload
Bimbang-LismaDownloadNgenongan-Edi PDownload
Bitian Sakik-AroniDownloadNiku sia-AmeliaDownload
Rock Lampung-AroniDownloadSaka Maktungga-Edi PDownload
Gekhing Hada-LismaDownloadUdiya-Edi PDownload
Joget-A RoniDownloadDownload
Kupak Kapai-A RoniDownload
Ngekham-JamilDownload
Tagan KhiaDownload

Kamis, 08 April 2010

Adat "NAMONG" dalam Masyarakat Adat Way Lima

“Namong” berasal dari kata dasar “Tamong”, yang artinya orang yang dituakan, dihormati dan diagungkan (seperti kakek, nenek atau buyut). Mungkin pada jaman dulu Tamong dalam bahasa lampung kuno disebut dengan “Phu-Yang” (orang yang dituakan dan dihormati) atau “Umpu” (anak cucu yang masih hubungan darah atau keturunan).

Sedangkan arti dari kata “Namong” menurut bahasa berarti mempunyai Tamong atau ber-Tamong. Tapi menurut makna, “Namong” adalah seorang anak ber-Tamong kepada seseorang (masih hubungan darah) yang diharapkan menjadi penerus sifat kebaikannya (kearifan, kedermawanan dan kebijaksanannya). Budaya “Namong” ini hanya ditemukan dalam masyarakat Adat Lampung Pesisir Pemanggilan Marga Way Lima yang tersebar di 4 kecamatan yaitu Pardasuka, Kedondong, Way Lima dan sebagian Gedong Tataan.

Anak yang telah diberi nama dalam syukuran, biasanya langsung juga diberi Namong-nya. Adapun ketentuan Namong-an adalah sebagai berikut :

1. Harus ada hubungan darah (keturunan) baik dari pihak bapak atau ibu si anak. (contohnya : Kakek dan Nenek dari pihak ibu atau bapak, atau Kakek dan Nenek dari pihak paman /sepupu ibu atau bapak).

2. Anak yang ber-Tamong kepada seseorang, syaratnya harus beda 2 generasi. ( contohnya : Cucu dengan Kakek atau Nenek).

3. Anak laki-laki dengan kakek, sedangkan anak perempuan dengan nenek.

4. Anak laki-laki Namong kepada seorang kakek, maka kakeknya memanggil anak tersebut dengan sebutan “Sabai Kuya”, dan neneknya memanggil kepada anak tersebut dengan sebutan “Enggom”. Sebaliknya begitu juga pada anak perempuan yang Namong kepada seorang nenek, neneknya memanggil “Sabai” dan kakek memanggil ”Enggom”.

5. Begitu juga anak tersebut dipanggil oleh anak dari kakek atau nenek yang di-Namong-kan. Jika anak itu laki-laki, maka anak dari kakek atau nenek memanggilnya “bapak” dengan maksud menuakan dan menyayangi. Dan juga jika anak itu perempuan, mereka akan memanggil “Induk”. Tapi orang tuanya (bapak ibu) tetap memanggil dengan sebuatan biasa kepada anak tersebut, walaupun anak tersebut namong kepada kakek atau neneknya sendiri, tapi panggilan itu hanya dari paman dan bibinya saja.

6. Kepercayaan dulu, jika Anak (bayi) tersebut setelah diberi nama dan Namong, biasanya sering sakit-sakitan. Maka biasanya di-isyaratkan bahwa anak itu tidak menerima ke-Namong-annya. Lalu Namong-annya diganti dengan yang lain, dan baru anak tersebut tidak sakit-sakitan lagi.

Kesimpulan:

Kesimpulan yang dapat diambil dari artikel budaya ini adalah sebagai berikut:

1. Mungkin secara filosofi, tujuan adanya budaya “Namong” ini adalah pewarisan sifat kebaikan yang dimiliki kaum tetua kepada kaum generasi muda, agar generasi muda menjadi lebih baik dalam membangun masyarakatnya.

2. Budaya “Namong” juga menunjukan kepada kita bahwa adanya rasa kasih sayang yang luhur dari pihak tetua kepada kaum muda sebagai generasi penerus, sehingga anak tersebut tidak kehilangan rasa kasih sayang dari kecil sampai dewasa, walaupun ibu bapaknya telah tiada.

3. Kita perlu menjaga dan melestarikan budaya “Kearifan Lokal”, yang masih terikat kuat pada kehidupan masyarakat Indonesia. Karena dengan menjaga kearifan lokal tersebut, akan berguna sebagai filter bagi masuknya budaya asing yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa dan sejalan dengan Agama Islam.


“ Mari Lestarikan Budaya Kearifan Lokal, Sebagai Akar Budaya Bangsa ”

Sumber : http://iwatbatin.blogspot.com/2009/07/budaya-namong-dalam-masyarakat-adat-way.html

Falsafah dan Pedoman Hidup Masyarakat Lampung

Tandani Ulun Lampung Wat Piil-Pusanggiri Mulia Hina Sehitung Wat Liom Khega Diri Juluq-Adoq Kham Pegung, Nemui-Nyimah Muari Nengah-Nyampokh Mak Ngungkung, Sakai-Sambayan Gawi.
Falsafah Hidup Ulun Lampung tersebut diilustrasikan dengan lima bunga penghias Sigokh pada lambang Propinsi Lampung. Menurut kitab Kuntara Khaja Niti, Ulun Lampung haruslah memiliki Lima Falsafah Hidup:
1. Piil-Pusanggikhi (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri),
2. Juluq-Adoq (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya),
3. Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi, selalu mempererat persaudaraan serta ramah menerima tamu),
4. Nengah-Nyampokh (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis),
5. Sakai-Sambayan (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).
Tujuh Pedoman Hidup Ulun Lampung:
1. Berani menghadapi tantangan: mak nyekhai ki mak kakhai, mak nyedokh ki mak badokh.
2. Teguh pendirian: khatong banjikh mak kisikh, khatong bakhak mak kikhak.
3. Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jekha tilah ya kelai.
4. Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.
5. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, khepa ulah khiya ulih.
6. Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, makhi pekon mak khanggang, dang pungah dang lucah, makhi pekon mak belah.
7. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang khubok, iwani dapok.

Sabtu, 23 Januari 2010

Awal Mula Terbentuknya Desa Pekondoh Kecamatan Waylima

Oleh : Andi Munandar Glr. Bunga Bangsa


Sejarah Terbentuknya Desa Pekondoh, wilayah desa Pekondoh awalnya adalah tempat berkebun dan bertani (menggarap sawah) bagi warga yang tinggal di Umbulan Lubuk Khimput1, yang sekarang lebih dikenal dengan Padang Khincang2 yang merupakan Pedukuhan Desa Kuta Dalom Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran. Warga yang bertempat di Umbul tersebut adalah kumpulan keluarga Hi. Salam. Keluarga ini berasal/pindahan dari Badak, salah satu Desa yang berada di Kecamatan Cukub Balak Kabupaten Tenggamus. Perpindahan disebabkan meletusnya gunung Krakatau tahun 1883. Perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dikenal dengan istilah Lampung Pesisir NYUSUK yaitu perpindahan guna mencari tempat lahan pertanian dan berkebun baru yang lebih baik, luas serta subur. Hi. Salam membuka lahan hutan balantara untuk berkebun/bertani dengan jarak ± 500 meter dari tempat tinggalnya. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun hutan belantara menjadi sebuah perkebunan dan sawah yang subur dengan dialiri air sungai berasal dari gunung Pesawakhan. Aliran air sungai ini adalah salah satu sungai dari lima sungai yang ada di wilayah Way Lima. Dengan kejernihan air sungai, Hi. Salam dan keluarga berpindah ke lokasi tempat berkebun/bertani. Pertama kali membuat pemukiman di Pekon-doh adalah di pinggir sungai, tepatnya dekat Lubuk Kibau1(d). Dengan Perkembangan pemukiman ini banyak ditunggui oleh ahli saudara (keturunan) Hi. Salam, hingga sekarang ini sebagai tanda, beliau membangun sebuah masjid yang bernama As- Salam dan sebagai tanda jasanya warga Desa Pekondoh memberi nama jalan utama desa dengan nama Jalan Hi. Salam. (sumber: cerita beberapa warga yang tinggal di Desa Pekondoh) Catatan 1. a. Umbulan : tempat yang dihuni hanya beberapa (sedikit) keluarga b. Lubuk : tempat yang dalam (di sungai, telaga atau laut) c. Khimput : d. Kibau : Kerbau 2. Pedukuhan yang warganya dari 5 desa berdekatan dengan desa Pekondoh. 3. Hi. Badrul MH. Skripsi, Moralitas Dalam Tingkah Laku Masyarakat Adat Lampung Pesisir Way Lima, Tahun 1985, Hal. 81.


Demografi


Keadaan penduduk di Desa Pekondoh 70 % suku Lampung Pesisir yang berasal dari Kecamatan Cukub Balak. Perpindahan ini diakibatkan meletusnya gunung Krakatau tahun 1883. 25 % suku Jawa, berasal dari Jawa Tengah dan 5 % penduduknya berasal dari Kabupaten Banten.


Kepemerintahan



  • Tahun 1902 – 1944 Desa ini dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Burhan.

  • Tahun 1945 – 1950 Kepala Desa dijabat oleh Bapak Syarfuddin gelar Batin Pengikhan.

  • Tahun 1951 – 1958 Kepala Desa dijabat oleh Bapak Bapak Arisam

  • Tahun 1959 – 1963 Kepala Desa dijabat oleh bapak Syamsuddin yang dikenal dengan nama panggilan bapak Jais.

  • Tahun 1964 – 1973 Kapala Desa dijabat oleh Bapak Jahari

  • Tahun 1974 – 1999 Kepala Desa dijabat oleh Bapak Ubaidillah Ihsan

  • Tahun 1999 – 2008 Kepala Desa dijabat oleh Bapak Mas’ud Rais

  • Tahun 2008 – sekarang Kepala Desa dijabat oleh Bapak Subhan Wijaya Ubaidillah.


Agama dan adat istiadat


Penduduk Pekondoh 100 % beragama Islam. Setiap Pedukuhan memiliki sarana tempat ibadah (masjid/musholla) untuk melaksanakan kewajiban selaku pemeluk Agama Islam. selain itu, Masjid/musholla dipergunakan juga sebagai sarana belajar mengaji (belajar Kitab Suci Al Quran). Pendidikan Desa Pekondoh memiliki 2 (dua) Sekolah Dasar (SD) yaitu ; SD Negeri 1 dan SD Negeri 2 Pekondoh. Tingkat pendidikan warga desa pekondoh sampai tahun 2009.


Beragamnya suku warga Desa Pekondoh membuat keharmonisan yang saling tukar informasi, saling menghargai dan saling bertoleransi. Setiap kegiatan Desa, masyarakat selalu musyawarah mufakat dan bergotong royong.

Jumat, 22 Januari 2010

Asal Usul Suku Lampung

Oleh : Waylima Apri Pejer

Asal-usul Ulun Lampung erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri. Kata Lampung sendiri berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi.

Sebagaimana I Tsing yang pernah mengunjungi Sekala Brak setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan dia menyebut To-Langpohwang bagi penghuni Negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan oleh I Tsing To-Langpohwang berarti orang atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala brak adalah puncak tertinggi ditanah Lampung. Prof Hilman Hadikusuma didalam bukunya (Adat Istiadat Lampung:1983) menyatakan bahwa generasi awal Ulun Lampung berasal dari Sekala Brak, di kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat.

Penduduknya dihuni oleh Buay Tumi yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Ratu Sekerummong. Negeri ini menganut kepercayaan dinamisme, yang dipengaruhi ajaran Hindu Bairawa. Buay Tumi kemudian kemudian dapat dipengaruhi empat orang pembawa Islam yang berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat yang datang ke sana. Mereka adalah Umpu Bejalan diWay, Umpu Nyerupa, Umpu Pernong dan Umpu Belunguh. Keempat Umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Brak sebagaimana diungkap naskah kuno Kuntara Raja Niti. Namun dalam versi buku Kuntara Raja Niti, nama puyang itu adalah Inder Gajah, Pak Lang, Sikin, Belunguh, dan Indarwati. Berdasarkan Kuntara Raja Niti, Prof Hilman Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan Ulun Lampung sebagai berikut: * Inder Gajah Gelar: Umpu Lapah di Way Kedudukan: Puncak Dalom, Balik Bukit Keturunan: Orang Abung

Pak Lang Gelar: Umpu Pernong Kedudukan: Hanibung, Batu Brak Keturunan: Orang Pubian

Sikin Gelar: Umpu Nyerupa Kedudukan: Tampak Siring, Sukau Keturunan: Jelma Daya

Belunguh Gelar: Umpu Belunguh Kedudukan: Kenali, Belalau Keturunan: Peminggir

Indarwati Gelar: Puteri Bulan

Kedudukan: Cenggiring, Batu Brak

Keturunan: Tulang Bawang Adat-istiadat Pada dasarnya jurai Ulun Lampung adalah berasal dari Sekala Brak, namun dalam perkembangannya, secara umum masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu masyarakat adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat Adat Saibatin kental dengan nilai aristokrasinya, sedangkan Masyarakat adat Pepadun yang baru berkembang belakangan kemudian setelah seba yang dilakukan oleh orang abung ke banten lebih berkembang dengan nilai nilai demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih dipegang teguh oleh Masyarakat Adat Saibatin.

Masyarakat adat Lampung Saibatin Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat:Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di Propinsi Sumatera Selatan, Cikoneng di Pantai Banten dan bahkan Merpas di Selatan Bengkulu. Masyarakat Adat Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari:

Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat)

Keratuan Melinting (Lampung Timur)

Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan)

Keratuan Semaka (Tanggamus) * Keratuan Komering (Provinsi Sumatera Selatan)

Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten) [sunting] Masyarakat adat Lampung Pepadun Masyarakat beradat Pepadun/Pedalaman terdiri dari:

Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa). Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.

Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan). Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat: Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.

Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi). Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung. * Sungkay Bunga Mayang, mendiami wilayah adat: Ketapang, Sungkay, Negara Ratu, Bunga Mayang, Sungkay Jaya.

Way Kanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat WayKanan mendiami wilayah adat: Negeri Besar, Pakuan Ratu, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui. [sunting] Falsafah Hidup Ulun Lampung Falsafah Hidup Ulun Lampung termaktub dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu:

Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri)

Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya)

Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu)

Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis)

Sakai-Sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya) Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias sigor’ pada lambang Provinsi Lampung. Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga diungkapkan dalam adi-adi (pantun): Tandani Ulun Lampung, wat Piil-Pusanggiri Mulia heno sehitung, wat liom khega dikhi Juluk-Adok kham pegung, Nemui-Nyimah muakhi Nengah-Nyampur mak ngungkung, Sakai-Sambaian gawi.

Bahasa Lampung Artikel Lengkap di Bahasa Lampung Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di Propinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten. Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya. Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek.

Pertama, dialek A (api) yang dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui, Ranau, Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun). Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow. [sunting] Aksara Lampung Artikel Lengkap di Aksara Lampung Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah. Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut. [sunting] Marga di Lampung Artikel Lengkap di Marga di Lampung [sunting] Sastra Artikel Lengkap di Sastra Lampung

Tokoh Tokoh Suku Lampung Negarawan dan Politisi:

Pangeran Edward Syah Pernong

Alamsjah Ratoe Perwiranegara

Aburizal Bakrie

Ryamizard Ryacudu

Alzier Dianis Tabranie

Bagir Manan

Tursandi Alwi

Praktisi dan Profesional:

Henry Yosodiningrat

Andi Arief

Seniman dan Budayawan:

Andi Ahmad Sampoerna Jaya

Hila Hambala

Akademisi dan Tokoh Pendidikan:

Borisman

Irfan Anshori

Hilman Hadikusuma

Wartawan dan Jurnalis:

Sazeli Rais

Herman Zuhdi

Yasir Denhas

Udo Z. Karzi

Pahlawan Pejuang Kemerdekaan:

Pangeran Siagul Agul

Batin Mangunang

Radin Inten II