Kamis, 27 Mei 2010

Asal usul Marga Waylima

a. Mengenal Marga Way Lima

Marga Way Lima adalah Marga Lampung Pesisir yang menempati lima way (sungai) yaitu Way Mincang, Way Kuripan, Way Tuba, Way Awi dan Way Padang Ratu yang kemudian menyatu di sungai induk yaitu Way Sekampung.

Way Mincang mengalir di Kecamatan Pardasuka, Way Kuripan dan Way Tuba mengalir di Kecamatan Kedondong, Way Awi mengalir di Kecamatan Way Lima, dan Way Padang Ratu mengalir di perbatasan Kecamatan Way Lima dengan Kecamatan Gedong Tataan. Jadi Marga Way Lima menempati 4 kecamatan yaitu Pardasuka, Kedondong, Way Lima dan Sebagian Gedong Tataan.

Asal kata “Way Lima” mungkin juga berasal dari kata “Buay Lima”. Kata “Buay” bermakna keturunan dan kata “Lima” bermakna Lima Marga dari Cukuh Balak (Bandakh Lima) yaitu Marga Putih, Marga Badak, Marga Limau, Marga Pertiwi dan Marga Kelumbaian. Hal ini didasarkan bahwa di Marga Way Lima dikenal juga istilah Seputih, Sebadak, Selimau, Sepertiwi, Sekelumbaian sebagai asal marga mereka.

Jika hal ini benar, bahwa kata Way Lima berasal dari kata “Buay Lima” yang berarti keturunan lima marga di Cukuh Balak, maka keturunan Marga Limau di Talang Padang dapat juga di masukan pada Marga Way Lima karena juga masih keturunan salah satu marga dari Cukuh Balak. Tapi istilah “Way Lima” tidak dikenal di Talang Padang karena mereka masuk dalam Marga Gunung Alip.

b. Sebab Perpindahan dari Cukuh Balak

Perpindahan sebagian penduduk dari Lima Marga di Cukuh Balak ke daerah pedalaman membentuk kesatuan adat Marga Way Lima. Adapun sebab-sebab perpindahan tersebut yaitu :

1. Tanah yang sempit untuk lahan pertanian karena dikelilingi daerah yang berbukit-bukit, sehingga sebagian besar penduduknya melakukan perpindahan ke daerah yang lebih baik untuk kelangsungan hidup anak keturunannya. Seperti perpindahan sebagian besar penduduk Marga Badak sekitar tahun 1700-an ke daerah Way Awi (Kota Dalom, Gedung Dalom, Tanjung Agung, Tanjung Khaja, dan Pekon Doh) kecamatan Way Lima.

2. Terjadi letusan Gunung Krakatau tahun 1883 yang menyebabkan tsunami dan abu tebal yang menyelimuti daerah permukiman dan pertanian. Sehingga banyak penduduk yang pindah kepedalaman membuka pemukiman baru. Marga Putih ke daerah Kedondong, Marga Limau ke daerah Talang Padang, serta Marga Badak - Marga Pertiwi - Marga Kelumbayan menyebar keberbagai daerah seperti Pardasuka, Kedondong, Way Lima, Punduh Pidada, Padang Cermin dan lain-lain.

3. Adanya pembangunan jalan penghubung dari Teluk Betung ke Kota Agung yang melewati daerah Kemiling - Gedong Tataan – Way Lima – Kedondong – Pardasuka – Pringsewu – Talang Padang – Gisting (Lintas Barat) pada jaman kolonial Belanda Tahun 1900-an membuat sebagian penduduk dari daerah Cukuh Balak pindah ke daerah-daerah yang dilalui jalan tersebut. Perpindahan ini masih berlangsung sampai jaman kemerdekaan Indonesia.


“… Tikham antakha jawoh, busanding gunung pitu,
ya mula ne nyak lesoh, ngandan tikham selalu …”


Oleh : JAMA’UDDIN http://iwatbatin.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar